Sesuai dengan artinya, kelas akselerasi hanya diisi oleh para siswa yang berkualitas atau benar-benar excellent yang bisa cepat menyelesaikan masa studi. Saat ini hanya beberapa sekolah yang menggunakan sistem itu. Masa SMP dan SMA seharusnya dilalui selama tiga tahun, para siswa di kelas akselerasi hanya dua tahun. Bagaimana sistem belajar-mengajar dan kualitas siswa?
Memasuki kelas 2 akselerasi di lantai tiga gedung SMPN 1 Kota Jambi, para siswa yang hanya terdiri atas 23 murid tersebut terlihat santai. Itu karena sekolah sedang mengadakan masa orientasi siswa (MOS) bagi siswa baru, sehingga proses belajar-mengajar belum berjalan normal.
Tidak berbeda dari siswa lainnya, siswa dari kelas akselerasi, yang kadang disebut “aksel” saja, terlihat sangat menikmati suasana sekolah saat itu. Tidak ada ketegangan di wajah mereka. Tetap bermain dan bersenda-gurau dengan sesama teman.
Menurut Wakil Kepala Sekolah SMPN 1 Kota Jambi, Machmud, kelas akselerasi dibuka sejak 2003. Hingga kini selalu ada peminat yang ingin masuk dalam kelas itu. Kelas 2 siswa berjumlah 23, sedangkan kelas 1 yang baru hanya berjumlah 13 siswa. “Rata-rata anak-anak tersebut diterima di SMAN ternama dan keluar dan nilai yang sangat memuaskan,” bebernya.
Selama kelas akselerasi dibuka, tidak ada kesulitan berarti. Hanya saja pihak sekolah benar-benar harus memberikan guru yang juga berkualitas. “Siswanya juga kadang-kadang kurang bersosialisasi dengan teman-teman yang lainnya dan waktu bermain mereka kurang,” bebernya.
Ada beberapa syarat yang harus dilalui siswa untuk memasuki kelas itu, antaralain harus memiliki IQ minimal 125, mengikuti beberapa tes akademi, dan ada persetujuan dari orangtua. Ada beberapa perbedaan dari kelas lain. Setiap empat bulan sekali mereka harus ujian semester. Jika ada jam tambahan, harus masuk lebih awal dan pulang paling terakhir hingga pukul 16.00 WIB. “Juga ada beberapa tambahan biaya karena mereka mengikuti les tambahan di sekolah,” terangnya semangat.
Pengalaman di kelas akselerasi dituturkan Cantika Tara (12) dan Hari Septian (12). Keduanya mengaku tidak mengalami kesulitan. Meskipun harus lebih banyak dan lebih rajin belajar serta jumlah teman yang lebih sedikit, mereka merasa nyaman. “Asyik-asyik saja, tidak terlalu sulit dalam menghadapi pelajaran,” ujar Cantika. “Jumlah kita memang sedikit, tapi itu yang membuat kita semakin kompak,” timpal Hari.
Bagaimana di sekolah lain? Kepala SMAN 1 Kota Jambi Edi Triyono mengatakan, sejak tahun ini pihaknya tidak lagi membuka kelas akselerasi. Selama dua tahun berturut-turut SMAN 1 kota Jambi pernah membuka kelas yang berisi anak-anak jenius intu tapi tahun ini sengaja tidak.
“Kelas itu sebenarnya memang menghasilkan anak-anak yang rajin dan berkualitas. Hanya saja mereka dinilai kurang bersosialisasi. Itu juga berimbas pada pergaulan anak itu sendiri. Sejauh ini nilai murid kelas akselerasi selalu bagus. Tahun ini tidak kita buka lagi,” beber Adi di ruang kerjanya kemarin (15/6).
Kelas akselerasi di SMAN 1 diganti menjadi kelas cerdas istimewa. “Masa sekolahnya tetap tiga tahun, hanya saja program pelajaran yang mereka pelajari ditambah persiapan memasuki perguruan tinggi nanti,” jelasnya.(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar